Memahami Hakikat Juara (Bagian 2)
Hingga saat ini saya masih belum percaya Azka mendapat peringkat ke-2. Mungkin tidak perlu se-lebay ini karena seperti kebanyakan orang yang menganggap prestasi saat TK itu tidaklah penting. Tapi, jika mengingat ke belakang, apa yang sudah kami lakukan agar ia tetap mau berangkat ke sekolah, agar ia belajar mandiri tanpa terus didampingi, sungguh diri ini sangat bersyukur sekali.
Doc. astrianpandini |
Setahun lamanya pula saya ikut belajar di kelas. Turut menghafal apa yang ia hafal dan terus menyemangati saat ia mulai lelah menulis. Saya tak pedulikan cibiran orang, saya abaikan anggapan miring orang tua lain yang santer terdengar di belakang saya.
Saya hanya fokus agar Azka tidak tertinggal, sambil terus menanamkan doktrin bahwa cepat atau lambat, ia harus belajar mandiri seperti anak-anak lainnya.
Ya, saya tahu kekurangan anak saya. Ia tipe anak yang sulit bersosialisasi. Bukan hal aneh lagi karena kami orang pendatang yang terbilang sering berpindah-pindah kota dan tempat tinggal. Semua itu karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan suami mengikuti aturan perusahaan.
Satu tahun berlalu, sampai akhirnya saya melahirkan adik pertamanya. Bertepatan dengan naiknya ia ke kelas TKA dan usianya menginjak 5 tahun. Melihat betapa susah payah saya melahirkan dan mengurus adik bayi, ia pun perlahan mau menuruti keinginan kami. Berangkat sekolah hanya diantar oleh ayahnya, dan dijemput ART saat jam pulang tiba.
Sama sekali tak terfikirkan bahwa dia bisa melewati itu semua. Perlahan-lahan ia bisa bersosialisasi dengan teman-temannya, bahkan memiliki beberapa sahabat dekat.
Doc. astrianpandini |
Tak banyak yang tahu betapa sulitnya kami membujuknya untuk mengerjakan PR. Mood-nya sangat cepat berubah. Hari ini mau, besoknya bisa ngambek hanya karena tidak mau mengisi PR. Pun begitu dengan hafalan. Sepanjang siang kadang mau mendengarkan mp.3 murrotal, dan besoknya membiarkan saya harus membaca Juz Amma berulang-ulang tanpa ia hiraukan
Yah, begitulah... Orang mungkin hanya tau luarnya saja, tanpa peduli kita melakukannya sambil berjalan, berlari, atau merangkak sekalipun...
Bagi kami, peringkat tidaklah dijadikan tolak ukur. Perjalanan anak masih sangat jauh dan butuh bimbingan kami sebagai orang tuanya. Walaupun sangat tidak mudah karena kami harus bersaing dengan gempuran teknologi dan racun gadget yang notabene lebih mereka sukai
Saya tulis semua ini semata-mata hanya untuk pengingat dikala kami patah semangat. Sebagai pemacu ketika kami melupakan yang dituju.
Semoga Allah jadikan putera-puteri kita sebagai golongan orang-orang yang shaleh nantinya sehingga bisa menjadi salah satu penyebab kita dimasukkan ke surga-Nya..
Bogor, 19 Desember 2018
Komentar
Posting Komentar