Cerita Pra-Khitan Azka

Juli 2017 merupakan bulan yang paling mendebarkan bagi kami. Bagaimana tidak? Putra semata wayang kami yaitu Azka direncanakan akan dikhitan pada tanggal 3 Juli. Melihat anak kami yang bersikap seperti biasanya, membuat saya bertanya-tanya "Nih anak sebenernya ngerti nggak dikhitan itu seperti apa?"... Hehehe... Bukan apa-apa sih, kok malah saya yang ngilu duluan yah?

14 Juni 2017 Azka tepat berumur 4 tahun. Menurut saya tidak ada salahnya dia dikhitan diusia 4 tahun, mengingat dimasa sekarang banyak juga anak-anak yang sudah disunat walaupun usianya masih balita. Tentu bukan hanya itu saja pertimbangan kami sebagai orang tua, melainkan karena tahun depan ia sudah harus  bersekolah maka alangkah lebih baik jika sebelum sekolah sudah dikhitan. Biar lebih puas istirahat dan tidak mengganggu waktu belajar 😃

ilustrasi by google


Meng-khitan dengan cinta

Keinginan untuk mengkhitan si kecil tidak terlintas begitu saja difikiran saya, melainkan sudah direncanakan sejak Januari lalu. Berawal dari celetukan saya terhadap Azka "De, habis lebaran disunat ya... Nanti sama Ayah dibeliin sepeda, mau ya?" 

Respon pertama sih agak kurang meyakinkan karena sikapnya cuek abissss... hehehe... Mungkin karena belum ngerti disunat itu seperti apa. Setiap ada waktu senggang, selalu saya ulangi lagi dan lagi perkataan seperti "Azka kan cowok, kalo cowok harus disunat...Nanti habis lebaran disunat yah?" 

Atau perkataan seperti "De, si A udah disunat, si B temen Dede juga udah disunat, kamu juga harus lho, nanti beli mainan baru deh... " Intinya bukan kata-kata yang terlalu berat dipahami si Kecil sehingga membuat ia merasa terbebani. Saya tidak mengulang terlalu sering juga, tapi selalu berkomunikasi diwaktu yang tepat.

Sesekali saya melibatkan suami untuk memberi edukasi terkait khitan, tentu dengan bahasa yang lebih menarik dan 100% menghilangkan kalimat-kalimat seperti "Nggak sakit kok" atau "Sakitnya cuma sedikit kok, kayak digigit semut".... Karena kalimat-kalimat seperti itu yang justru tersimpan dibenak si kecil dan pada akhirnya berasumsi "Walaupun sedikit tetap aja sakittttt" 😁

Intinya bukan hanya kesiapan orang tua saja, tapi yang terpenting adalah kesiapan anak menghadapi setiap prosesnya.


Memilih klinik khitan yang tepat

Tugas yang tak kalah penting bagi orang tua adalah memilih tempat khitan yang cocok untuk anaknya. Beberapa bulan sebelum rencana khitan Azka, saya mencoba bertanya kepada tetangga dekat mengenai klinik khitan yang bagus disekitar tempat tinggal kami. Lalu muncul beberapa tempat yang direkomendasikan dan saya pun mulai browsing mencari alamat lengkap beserta rute-nya dari google maps (karena saya adalah pendatang dan sangat takut nyasar) 😅

Setelah googling, saya mendapat beberapa review mengenai salah satu klinik khitan di daerah Kebon Pedes - Bogor dan beberapa blogger menyatakan puas dengan pelayanan klinik khitan tersebut tepat seperti yang diceritakan tetangga kami, yang kebetulan anaknya disunat ditempat tersebut.

Akhirnya saya memutuskan untuk memilih Rumah Khitanan Kebon Pedes yang beralamat di Jl. Kebon Pedes No 42 Kota Bogor dan hanya berjarak 10 menit dari tempat tinggal kami.


Memahami metode khitan

Setiap klinik/rumah khitan biasanya memiliki metode yang berbeda satu sama lain. Ada yang menggunakan metode konvensional/umum, metode laser, dll. Sementara klinik khitan yang kami pilih menggunakan metode smart klamp yang masih sangat asing ditelinga saya.

Lagi-lagi saya googling mencari tahu metode klamp ini. Ternyata metode ini sudah lama digunakan dan banyak diminati karena tidak menimbulkan pendarahan, tidak dijahit, dan pasien bisa langsung beraktivitas seperti biasa.

alat klamp

Selain googling, saya juga mendapat sedikit pengetahuan dari beberapa tetangga yang anaknya disunat diklinik tersebut. Nantinya Mr.P si anak akan dipasang alat seperti gambar diatas sesuai dengan diameter penisnya untuk kemudian dilepas setelah jangka waktu yang ditentukan (biasanya setelah 5 hari).

Yah, setidaknya sudah ada sedikit bayangan mengenai metode klamp ini. Dan yang paling penting adalah testimoni banyak orang yang menyatakan puas dengan hasilnya.

Persiapan mental dan materi

Kebanyakan orang tua biasanya merasa khawatir anaknya akan rewel atau menangis baik sebelum maupun sesudah khitan. Apalagi bagi orang tua yang mengkhitan anak untuk pertama kalinya seperti saya. Persiapan mental sangatlah perlu, antisipasi jika tiba-tiba si kecil histeris atau malah mengamuk terlebih lagi anak balita yang biasanya belum bisa mengkomunikasikan keinginanya dengan baik.

Peran Ayah disini sangatlah diperlukan, karena pada dasarnya si Ayah juga pernah merasakan apa yang dirasakan anak saat dikhitan 😆. Maka saya serahkan sebagian prosesnya kepada suami. Ibarat kata, sang Ayah harus merasa senasib sepenanggungan... 😁

Selain mental, materi juga harus dipersiapkan dengan tepat. Dari mulai biaya khitanan sampai membeli hadiah untuk si anak. Bagi kami, memberi reward merupakan sesuatu yang tak kalah penting mengingat prosesi khitanan hanya dialami sekali seumur hidup.

Saya dan suami sepakat membelikan sebuah sepeda untuk Azka, walaupun dia minta nambah beli mainan konstruksi... Tapi tak apalah, toh dengan dia bersedia disunat juga sudah merupakan hal membahagiakan bagi kami.


Nah, sekian cerita pra-khitan dari anak kami, Azka...

Untuk proses khitan dan pasca-khitan akan saya update di postingan selanjutnya yaa...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelly Lemon Soap

Perjalanan Khitan Azka (Dengan Metode Sunat Klamp)

Review Kelly Pearl Cream

Review Jafra Gentle Exfoliating Scrub

Ingin Nikah Muda??? Pikirkan Hal Berikut...